BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pernahkah kita
memperhatikan alam disekitar kita ternyata di dalam kehidupan ini masih banyak
organisme yang hidup berdampingan denga kita, salah satunya adalah organisme
renik yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang kita melainkan yang
hanya dapat kita dapat lihat dengan bantuan mikroskop. Untuk menambah pengetahuan kita tentang organisme
renik ini maka kita perlu melakukan pengamatan dan kajian khusus tentang
makhluk kecil ini.
Kita sebut
saja salah satunya adalah Myxomycota atau
sering di sebut dengan jamur lendir. Jamur ini bisa kita jumpai dimana-mana
asalkan tempat itu memenuhi krtateria hidupnya. Habitatnya adalah tempat-tempat
yang lembab, teduh dan kayu-kayu yang telah lapuk.
Jamur ini
pun memiliki tipe yang berbeda-beda jika kita lihat dari bentuknya ada yang
bersekat (Acrasiomycota) dan ada yang tidak bersekat (Myxomycota), jamur inipun bisa dikatakan sebagai hewan dan
tumbuhan karena organisme ini memiliki ciri yang sama dengan apa yang dimiliki
oleh hewan dan tumbuhan.
B.
TUJUAN
a.
Menerangkan susunan tubuh jamur yang tergolong
dalam jamur lendir.
b.
Menyebutkan ciri-ciri umum jamur lendir
c.
Menyebutkan jenis-jenis jamur yang di temukan
pada berbagai habitat.
d.
Menjelaskan cara reproduksi jamur lendir.
C.
WAKTU
DAN TEMPAT
a.
Hari/tanggal :
Sabtu, 05 Mey 2012.
b.
Waktu :
08.00 Wita-selesai
c.
Tempat :
Laboratorium Pendidikan IPA Biologi IAIN Mataram
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Myxomycota meliputi organisme yang tidak mengandung
klorofil, yang filogenetik tergolong ke dalam organisme yang sangat sederhana.
Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa massa protoplasma telanjang yang
bergerak sebagai amoeba yang disebut plasmodium dengan cara-cara hidup sebagai
saprofit atau seperti hewan. Plasmodium terjadi karena suatu perkawinan
(pristiwa sekuas), dan kemudian akan membentuk suatu sporangium yang
berlindung. Sporangium menghasilkan spora yang tidak memperlihatkan perbedaan
jenis kelaminnya.
Spora myxomycota berkemcambah dalam air atau di
atas suatu substrat basah menjadi satu atau beberapa sel kembara yang dinamakan
miksoflagellata. Miksoflagellata
ini pada bagian muka mempunyai satu inti
dan satu bulu cambuk. Biasanya dua dan hetrokon. Pada bagian belakang
terdapat vakuola berdenyut, tetapi kromatifora tidak ada. Hidupnya sebagai
saprofit, dapat mengambil zat makanan yang bersifat cair maupun padat. Setelah
beberapa waktu, bulu cambuknya lenyap dan miksoflagellata ini berubah menjadi
miksoamoeba. Miksoflagellata dan miksoamoeba dapat membiak vegetatif dengan
pembelahan. Pembiakan generatif pun terjadi. Dua miksoamoeba atau dua
miksoflagellata dapat mengadakan perkawinan menjadi amebozigot, dan dalam
amebozigot ini kedua intinya akhirnya pun akan bersatu. Badan yang diploid ini
tidak ameboid, dan dengan sesamanya dapat bersatu menjadi plasmodium yang besar
dan mempunyai banyak inti. Inti dapat bertambah banyak karena adanya mitosis
yang berulang-ulang. (Gembong, 1989: 97)
B. Sifat-sifat jamur ini hampir sama dengan
sifat-sifat jamur benang lainya kecuali dalam hal pembentukan spora.
Fase vegetatif dari myxomycetes tidak berdinding
sel, protoplasmanya mempunyai inti banyak, fase ini disebut plasmodium jasad
seluruhnya merupakan masa lendir. Ukuran
dan masa lendir tersebut berbeda-beda tergantung kepada substrat dan faktor
lingkungannya. Dalam keadaan yang sesuai untuk pertumbuhannya plasmodium dapat membesar seperti yang
terjadi pada amoeba, sedangkan jika keadaannya tidak sesuai dapat membentuk
sklerotium. Ini merupakan fase istirahat, dindingnya tebal dan lebih keras
daripada lendir, jika keadaanya baik lagi dapat membentuk plasmodium
kembali.Jamur lendir banyak terdapat dalam sisa-sisa bahan organik yang
mengalami pembusukan, sebab jasad ini merupakan jasad penyebab pembusukan. Di
samping itu karena ada yang menyebabkan penyakit akar pada tanaman kubis, dan
penyakit umbi pada bahan-bahan tanaman yang sakit. (suswono, 1990:198)
C. Dalam bahasa ingris jamur lendir disebut Slime Mold, tapi bukan berarti merupakan
kapang, Myxomycota adalah jamur
lendir plasmodial, Myxomycota merupakan
sel-sel amoeboid yang mengandung sangat banyak pigmen dan melakukan pergiliran
antara agregat multiseluler dan sel-sel individual. Tahapan agregatnya disebut Plasmadium. Plasmadium terdiri atas masa
sitoplasma berukuran besar yang di dalamnya terdapat banyak nukleus, sehingga
sebenarnya tidak benar- benar bersifat multiseluler, susunan semacam ini
disebut senosit (Coenocyte).
Acrasiomycota
adalah jamur lendir seluler. Acrasiomycota
berbeda dari myxomycota dalam hal
fase agregasi. Fase agregasi Acrasiomycota
benar-benar multiseluler, bukannya sensitik. Karena suplai makanan sedikit,
sel-sel individual bergregasi, tapi membran-membran indiviual tetap ada, dan
masing-masing sel dapat dibedakan. (Fried dan Hademenos, 2006 : 323).
D.
Ciri-ciri
jamur lendir adalah sebagai berikut:
Bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium) yang
merupakan massa protoplasma tidak berdinding;
a.
Berinti
banyak, bersel satu atau bersel banyak;
b.
Struktur
tubuh vegetatif menyerupai Amoeba, berbentuk seperti lendir (plasmodium),
tetapi cara berkembang biaknya menyerupai Fungi;
c.
Berkembang
biak secara aseksual dan seksual. Pencernaan makanan yang dilakukan pada fase
vegetatif (aseksual) dilakukan menyerupai Amoeba. Pada tingkat dewasa,
Plasmodium akan membentuk kotak spora seperti pada Fungi. Setelah matang, kotak
spora ini akan pecah dan mengeluarkan spora. Spora yang berkecambah akan
membentuk sel gamet yang menyerupai Amoeba. Sel-sel gamet ini bersifat haploid
dan akan melakukan singami atau peleburan dua gamet dengan ukuran yang sama dan
tidak dapat dibedakan
antara sel jantan dan betina yang akan menghasilkan zigot;
d.
Biasa hidup di hutan-hutan
basah, tanah lembap, batang kayu yang membusuk, kayu lapuk, atau sampah basah.( http://wrghar.blogspot.com/2009/09/protista-menyerupai-jamur.html)
E. Filum Myxomycota terdiri
atas jamur lendir. Anggota Myxomycota biasanya memiliki figmen kuning atau
orange dan bersifat heterotrof. Myxomycota memiliki fase ameboid, berinti
banyak, dan tidak dibatasi didnding kuat yang disebut plasmodium yang dapat
dijumpai dalam siklus hidupnya. Plasmodium dapat bergerak seperti amoeba di
atas substrat dan mencerna makanan secara fotosintesis, menelan partikel atau
secara langsung (Deden, 143:2006).
BAB
III
MITODOLOGI
A.
ALAT
a.
Mikroskop cahaya
b.
Kaca benda dan kaca penutup
c.
Pipet tetes
d.
Cawan petri
e.
Lap dari bahan katun
f.
Kertas hisap. Kertas saring
g.
Jarum kasur/jarum pentul
B.
BAHAN
a.
Biakan jamur
b.
Bahan organik yang di tumbuhi jamur
c.
aquadest
C.
CARA
KERJA.
a.
Mencari sampah organik (daun dan ranting) yang
mulai membusuk di tempat yang kelembabannya tinggi. Misalnya di bawah pepohonan
yang rindang. Mengambil sampah yang berlendir dan beberapa ranting yang mulai
kasar karena di tumbuhi jamur lendir. Membuat sediaan,mengamati dengan
mikroskop.
b.
Membuat biakan jamur dengan cara sebagai
berikut;
a) Memotong kulit kayu (3-4cm2)
dari pohon hidup (pada dasar atau 0,5-1 m dari atas tanah).
b) Mengalasi cawan petri yang
bersih dengan kertas saring. Meletakkan 1-2 potongan kulit kayu pada kertas
tersebut dengan bagian kulit luar menghadap ke bawah. Merendam kulit kayu
tersebutdengan aquadest.
c) Setelah 18-24 jam. Buang
kelebihan air, membalikan potongan kulit kayu, menutup lagi, menginkobasikan
biakan pada suhu kamar selama 2-3 minggu.
d) Melakukan pembiakan terhadap
ranting-ranting atau daun-daun gugur.
e) Mencari tubuh buahnya dan
mengamatinya setelah 2-3 minggu.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
DATA
HASIL PENGAMATAN.
Keterangan gambar
a.
Mesilium
b.
Sporangium
c.
Spora dan
d. Sporangiophor
|
Gambar perbandingan
|
B.
ANALISIS
PROSEDUR
Ada beberapa yang harus praktikan analisis dari cara kerja diatas sebab
di dalam acara praktikum praktikan tidak dapat menemukan jamur lendir dari
sediaan yang telah di persiapkan oleh praktkan selama kurang lebih tiga minggu,
khususnya pada sediaan ranting di sini praktikan tidak dapat menemukan adanya
jamur. Sekarang jika kita perhatikan di dalam cara kerja point yang pertama
disebutkan bahwa praktikan diminta untuk mengambil sampah yang berlendir dan
beberapa ranting yang mulai kasar karena ditumbuhi jamur lendir, akan tetapi
praktikan tidak memperhatikan cara kerja diatas oleh karena itu praktikan hanya
mengambil saja raning yang dianggap tempat tumbuhnya jamur lendir akhirnya
setelah praktikan malakukan praktikum praktikan tidak menemukan jamur lendiri.
Kemudian selanjutnya pada cara kerja nomor 2 point yang terakhir diakatakan setelah 2-3 minggu
praktikan diminta untuk mencari tubuh buah dan mengamati, setelah 2-3 minggu
praktikan melakukan praktikum praktikan bisa menemukan jamur lendir pada kulit
pohon tetapi tidak pada ranting pohon.
C.
ANALISIS
HASIL.
Dalam prktikum kali ini anggota praktikan melakuan pengamatan terhadap
sediaan kulit kayu dan ranting pohon yang telah dipersiapkan oleh anggota
praktikan selam kurang lebih 3 minggu lamanya demi untuk mendapatkan hasil yang
baik dan memuaskan dalam mencari jamur lendir. Jamur lendir adalah
sekelompok organisme yang dapat menyerupai tumbhan dan hewan. Dikatakan
menyerupai hewan karena memiliki filogenitik yang berasal ari prtista dan
memiliki flagel yang memungkinkan ia bisa bergerak seperti hewan. Sedang
dikatakan bisa menyerupai tumbuhan karena memiliki spora.
Meskipun sediaan telah di persiapkan selama kurang lebih 3 minggu supanya
mendapatkan hasil yang maksimal, masih ada saja masalah yang prkatikan hadapi
seperti di dalam praktikum praktikan tidak dapat menemukan jamur lendir dari
salah satu sediaan yang praktikan sediakan. Pada hal anggota praktikan sudah
yakin bahwa kedua sediaan yang disiapkan sudah di perlakuan dengan sama, di
tempatkan pada tempat dan suhu yang sama.
Sekilas jika diperhatikan hal itu bisa saja terjadi karena sidiaan yang
di gunakan berbeda ada yang dari kulit kayu dan ranting adapun kulit kayu di
peroleh dari pohon yang masih hidup sedangkan ranting di peroleh dari salah
satu organ pohon yang sudah mati tapi semua itu tidak bisa dijadikan alasan
kenapa praktikan hanya mendapatkan jamur lendir pada kulit kayu saja sedangkan
pada rangting yang telah busuk tidak diperoleh jamur lendiri padahal kedua sediaan
ini di perlakuan dengan sama oleh anggota praktikan sebelumnya. Maka
pertanyaannya sekarang adalah kenapa bisa terjadi demikian ?.
Myxomycota Jamur lendir terdapat
banyak di hutan basah, batang kayu yang membusuk, tanah lembab,sampah basah,
kayu lapuk. Untuk menjawab pertanyaan diatas perlu untuk
kita sama-sama perhatikan tempat hidupnya. Berdasarkan temapat hidupnya sediaan
yang praktikan amati boleh jadi tidak ada karena habitatnya tidak sesui dengan perlakuan
praktikan terhadapnya, mulia dari suhu dan kelembabannya yang kurang atau berlebihan.
Tetapi mari kita perhatikan siklus hidupnya. Jamur
lendir dapat berkembangbiak dengan cara vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif, plasmodium bergerak ameboid mengelilingi dan menelan
makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna dalam Vacuola makanan, sisa
yang tidak dicernaditinggal sewaktu plasmodium bergerak. Jika telah dewasa
plasmodium membentuk sporangium(kotak spora). Sporangium yang masak akan pecah
dan spora tersebar dengan bantuan angin.Spora yang berkecambah akan membentuk
sel gamet yang bersifat haploid, dan sel gamet inimelakukan singami. Singami
adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama(yang tidak dapat
dibedakan jantan dan betinanya). Hasil peleburan berupa zigot dan zigottumbuh
dewasa.Jamur lendir ini mempunyai dua tipe yaitu tidak bersekat (Mixomycota) dan bersekat(Acrasiomycota). Siklus hidup Acrasiomycota merupakan sel tunggal yang
bebas. Sel berkumpulmembentuk suatu masa multiseluler tunggal. Masa sel
berbentuk siput, bergerak atau bermigrasimenuju lokasi yang cacah. Ketika
berhenti bergerak, siput mengatur untuk membentuk tangkai(Stalk) dengan kotak spora diujung (dipuncak). Pada saat kotak spora
matang, kotak sporamelepaskan spora ke udara. Spora tersebut terdiri dari sel
yang haploid.
Selanjutnya
jamur lendir atau Myxomycota memiliki
ciri-ciri sehigga kita dapat membedakannya dengan jamur yang lain. Ciri-ciri
jamur lendir adalah sebagai berikut:
1) Bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium) yang merupakan massa protoplasma tidak berdinding;
2) Berinti banyak, bersel satu atau bersel banyak;
3) Struktur tubuh vegetatif menyerupai Amoeba, berbentuk
seperti lendir (plasmodium), tetapi cara berkembang biaknya menyerupai Fungi;
4) Berkembang biak secara aseksual dan seksual.
Pencernaan makanan yang dilakukan pada fase vegetatif (aseksual) dilakukan
menyerupai Amoeba. Pada tingkat dewasa, Plasmodium akan membentuk kotak spora
seperti pada Fungi. Setelah matang, kotak spora ini akan pecah dan mengeluarkan
spora. Spora yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang menyerupai Amoeba.
Sel-sel gamet ini bersifat haploid dan akan melakukan singami atau peleburan
dua gamet dengan ukuran yang sama dan tidak dapat dibedakan antara sel jantan
dan betina yang akan menghasilkan zigot;
5) Biasa hidup di hutan-hutan basah, tanah lembap, batang
kayu yang membusuk, kayu lapuk, atau sampah basah.
Adapun kerugian
dan keuntungan yang ada pada jamur lendir adalah Phytophthora faberi (parasit
pada tanaman karet). Phytophthora infestas (parasit pada kentang) Saprolegnia
(pengurai bangkai hewan/tumbuhan dalam air tawar) Myxomycota n oomycota berperan sebagai pembersih
sampah organik.dan Myxomycota juga berperan sebagai pemakan bakteri
D. EVALUASI
1. Jamur lendir dibagi menjadi
dua yaitu acrasiomycetes dan myxomycetes acrasiomycetes merupakan bentuk jamur
yang bersekat sedangkan myxomycetes merupakan bentuk jamur yang tida memiliki
sekat.
2.
|
3. Pembelahan miosis tejadi ketika dalam bentuk
sporangium, fase haploid di mulai dari sejak sporangium pecah dan menghasilkan
spora kemudian sel haploid tersebut meghasilkan 2 sel anakan, ada yang sel-sel
kembara da miksoamoeba. Sel-sel kembara membelah lagi menjadi 2 sel begitu juga
dengan miksoamoeba, sel-sel kembara kemudian menyatu lagi membentuk fusi dan
miksoamoeba membelah lagi menjadi 2 sel anakan yang sama secara fisi dan
kemudian membentuk fusi, kemudian keduanya membentuk zigot,sejak fase zigot sudah
terbentuk terjadi fase diploid. Kedua zigot tersebut menyatu membentuk
plasmodium muda kemudian membentuk sporangium dan kembali lagi ke spora.
4. Sklerotium merupakan
BAB V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat di petik kesimpulan bahwa yang dikatakan
dengan jamur lendir Myxomycota adalah
sekelompok organisme yang menyerupai tumbuhan dan hewan. Myxomycota bisa berkembangbiak dengan cara vegetative dan
generative Jamur lendir dapat berkembangbiak dengan
cara vegetatif dangeneratif. Fase vegetatif, plasmodium bergerak ameboid
mengelilingi dan menelan makanan berupa bahan organik. Makanan dicerna
dalam Vacuola makanan, sisa yang tidak dicernaditinggal sewaktu plasmodium
bergerak. Jika telah dewasa plasmodium membentuk sporangium(kotak spora).
Sporangium yang masak akan pecah dan spora tersebar dengan bantuan angin.Spora
yang berkecambah akan membentuk sel gamet yang bersifat haploid, dan sel gamet
inimelakukan singami. Singami adalah peleburan dua gamet yang bentuk dan
ukurannya sama(yang tidak dapat dibedakan jantan dan betinanya). Hasil
peleburan berupa zigot dan zigottumbuh dewasa.Jamur lendir ini mempunyai dua
tipe yaitu tidak bersekat (Mixomycota)
dan bersekat(Acrasiomycota). Ada dua sediaan yang seharusnya diamati yaiu kulit
kayu dan ranting tetapi hanya kulit kayu yang bisa diamati sedangkan ranting
tidak di karenakan praktikan tidak menemukan jamur lender pada sediaan ini
mungkin di karenakan oleh perlakuan yang kurang sesui dengan habitatnya atau
habitatnya terlalu ekstrim sehingga bisa tidk ada.
B.
SARAN.
Saran kami adalah semoga waktu praktikum bisa dilakukan tepat waktu
karena selama pelaksanaan praktikum selalu molor sehingga acara praktikum
menjadi tidak efektif dan memuaskan diakibatkan oleh berkuangnya jatah waktu di
dalam LAB karena anggota praktikan yang lain mau praktik.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurrahman,
Deden. 2006. Biologi Kelompok Pertanian
dan Kesehatan. Bandung : Grafindo Media Pratama.
Fried, George, H, dan Hademenos, J. 2006. Biologi
edisi kedua. Yogyakarta :
Erlangga
Heddy,
Suwasono. 1990. Biologi Pertanian.
Jakarta ; Rajawali Pers.
tanggal 10/05/ 2012.
Tjitrosoepomo,
G.,1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.