Kamis, 07 Juni 2012


MAKALAH AKHLAK TASAWUF
SEJARAH AKHLAK DAN ETIKA DARI ZAMAN YUNANI SAMPAI ARAB SEBELUM ISLAM

 








Di susun oleh:
Mashal                                    : 151.105.021.
Suriani Nikmatun Hayati     : 151.105.022.

         
JURUSUNA PENDIDIKAN IPA BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MATARAM
2012
KATA PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الَّرحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
اَلْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْن اَصَّلَاةُ وَسَلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْن

Alhamdulillahirrobbil’alamin segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan kami kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami ini. Kemudian shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Yang telah membimbin kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yaitu iman dan islam.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Dosen yang tiada hentinya memberikan dan membimbing kami dalam mata kuliyah ini. Semoga segala jasa Bapak Dosen di berikan ganjaran yang setimpal oleh Allah SWT.
Kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari khilap dan kesalahan , tentunya di dalam makalah kami ini terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami, oleh karena itu kami minta maaf dan kami selalu berharap semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kami dan bagi para pembaca sekalian. Amin..
Terakhir kami mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.  Trimakasih
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرْكَا تُه

Mataram, 2012.

i
Penyusun
DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR............................................................................        i
DAFTAR ISI..........................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG...............................................................        1
B.     RUMUASAN MASALAH........................................................        1
C.     TUJUAN.....................................................................................        2
BAB II PEMBAHASAN
A.    SEJARAH SINGKAT................................................................        3
B.     PERKEMBANGAN ILMU AKHLAK (ETIKA).....................        4
1.      Akhalak pada Zaman Yunani................................................        4
2.      Akhlak pada Agama Nasrani ...............................................        7
3.      Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)..............        8
4.      Akhlak pada Bangsa Arab Pra Islam....................................        9
BAB III KESIMPULAN.......................................................................        2
DAFTAR PUSTAKA
           



ii
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG.
Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan istilah adat istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu, keluarga dan masyarakat.
Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern
Pada pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah perkembangan akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern. Juga membagi menjadi dua bagian yakni pertumbuhaan dan perkembangan Ilmu akhlak diluar ajaran Islam(non muslim) dan pertumbuhan dan perkembangan di dalam ajaran Islam.

B.     RUMUSAN MASALAH.
Dari latar belakang makalah diatas maka dapat kami peroleh beberapa rumusan masalah yang harus dipecahkan dalam isi makalah kami ini yaitu:
a.       Bagaimana perkembangan akhlaq atau etika pada zaman yunani?
b.      Bagaimana pandangan ahli fikir yunani dalam menyingkapakan pengetahuan tentang akhlaq atau etika ?
c.       Bagaimana sejarang perkembangan akhlaq (etika) pada abad pertengahan?
d.      Bagaimana perkembangan akhlaq(etika) pada fase pra islam.?


C.    TUJUAN.
Selain itu kami dapat merumuskan beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini berdasarakan rumusan masalah diatas sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui perkembangan akhlaq atau etika pada zaman yunani.
b.      Untuk mengetahui pandangan ahli fikir yunani dalam menyingkapakan pengetahuan tentang akhlaq atau etika.
c.       Untuk mengetahui sejarang perkembangan akhlaq (etika) pada abad pertengahan
d.      Untuk mengetahui perkembangan akhlaq(etika) pada fase pra islam.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Singkat.
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[1] Dari pengertian etimologis seperti ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta.[2] Sedangkan, Ilmu Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Jadi ilmu akhlak adalah ilmu yang mempersoalkan baik buruknya amal.
Akhlak dalam arti bahasa, sebenarnya sudah dikenal manusia di atas permukaan bumi ini yaitu apa yang disebut dengan istilah adat-istiadat (tradisi) yang dihormati, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Dalam keadaan terputusnya wahyu (zaman fatrah) maka tradisi itulah yang dijadikan tolak ukur dan alat penimbangan norma pergaulan kehidupan manusia, terlepas dari segi apakah itu baik atau buruk menurut setelah datang wahyu.
Kalau kita memperhatikan bangsa arab di zaman jahiliyah, misalnya: mereka sudah memiliki perangai halus dan rela dalam  kehidupan baik dan kemuliaan cukup. Tetapi juga pemarah luar biasa, perampok, perampas, karena kejahatan mengancam diri atau kabilahnya. Hal ini Nampak dalam puisi-puisi mereka sebagai bangsa yang buta huruf, tetapi daya ingatan dan hafalan mereka sangat kuat. Misalnya: Zuhair ibnu abi Salam mengatakan: “Barang siapa menepati janji tidak kan tercela dan barang siapa membawa hatinya menuju kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”.
Bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki dalam kadar yang minimal pemikiran dalam bidang akhlak. Pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof zaman kuno. Sewaktu islam datang yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka Islam tidak menolak setiap kebiasaan yang terpuji yang terdapat pada bangsa Arab, Islam datang kepada mereka membawa akhlak yang mulia yang menjadi dasar kebaikan hidup seseorang, keluarga, handai tolan, umat manusia serta alam seluruhnya. Setelah Al-qur’an turun maka lingkaran bangsa Arab dalam segi akhlak dari segi sempit menjadi luas dan berkembang, jelas arah dan sasarannya.
B.     Perkembangan Ilmu Akhlak (Etika).
1.      Akhlak pada bangsa Yunani.
Perkembangan ilmu akhlak pada bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticians, yaitu orang-orang yang bijaksana (500-450 SM). Sedangkan sebelum itu di kalangan bangsa Yunani tidak dijumpai pembicaraan mengenai akhlak, karena pada masa itu perhatian mereka tercurah pada penyelidikannya mengenai alam.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun Ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia. Ini menunjukkan bahwa ilmu akhlak yang mereka bangun lebih bersifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat antropo-sentris, dan mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia sendiri, dan hasil yang didapatnya adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni.
Pandangan dan pemikiran filsafat yang dikemukakan para filosof Yunani itu secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama, yaitu menyiapkan angkatan muda bangsa Yunani, agar menjadi nasionalis yang baik, merdeka, dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.[3]
   Ada beberapa ahli-ahli fikir Yunani yang menyingkapkan pengetahuan akhlak, di antaranya:
1)      Socrates (469 - 399 SM). Socrates dipandang sebagai perintis ilmu akhlak.
Karena ia yang pertama kali berusaha sungguh-sungguh membentuk pola hubungan antar manusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Sehingga ia berpendapat bahwa keutamaan itu adalah ilmu. Namun demikian, para peneliti terhadap pemikiran Socrates ada yang mengatakan bahwa Socrates tidak menunjukkan dengan jelas tujuan akhir dari akhlak dan tidak memberikan patokan-patokan untuk mengukur segala perbuatan dan menghukumkannya baik atau buruk. Akibatnya, maka timbullah beberapa golongan yang mengemukakan berbagai teori tentang akhlak yang dihubungkan pada Socrates[4]
Golongan terpenting yang lahir setelah Socrates adalah Cynics dan Cyrenics. Keduanya dari pengikut Socrates. Golongan Cynics di bangun oleh Antistenes (414 - 370 SM). Menurut golongan ini bahwa ketuhanan itu bersih dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah orang yang berperangai dengan akhlak ke Tuhanan. Maka ia mengurangi kebutuhannya sedapat mungkin rela dengan sedikit, suka menanggung penderitaan dan mengabaikannya. Di antara pemimpin paham golongan Cynics yang terkenal adalah Diagenes yang meninggal pada tahun 323 SM. Dia memberi pelajaran pada kawan-kawan supaya membuang beban yang ditentukan oleh ciptaan manusia dan peranannya. Dia memakai pakaian yang kasar makan-makanan yang buruk dan tidur di atas tanah. Adapun golongan “Cyrenics” di bangun oleh Aristippus yang lahir di Cyrena (kota Barka di utara Afrika).  Golongan ini berpendapat bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merupakan satu-satunya tujuan hidup yang benar dan perbuatan itu dinamai utama bila timbul kelezatan yang lebih besar dari kepedihan.
Kedua golongan tersebut, sama-sama bicara tentang perbuatan yang baik, utama dan mulia. Golongan pertama, Cynics bersikap memusat pada Tuhan (teo-sentris) dengan cara manusia berupaya mengindentifikasi sifat Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. sedangkan golongan kedua, Cyrenics bersikap memusat pada manusia (antro-pocentris) dengan cara manusia mengoptimalkan perjuangan dirinya dan memenuhi kelezatan hidupnya.[5]
2)       Plato (427 – 347 SM). Seorang filsafat Athena dan murid dari Socrates.
Di dalam membangun ilmu akhlaq Socrates membangun melalui akademi yang ia dirikan, adapun pandangan mengenai akhlaq berdasarkan pada teori contoh, artinya bahwa di balik alam ini ada alam rohani sebagai alam yang sesunguhnya. Dan di dalam yang dikatakan sebagai alam rohani tersimpan kekuatan yang sangat luar biasa dan bercam-macam serta ia timbul dari pertimbangan kalahnya kekuatan pada hokum akal. Hal ini tercantum dalam bukunya yang terkenal yang disebut dengan republic. Selain itu ia juga berpendapat bahwa pokok-pokok kekuatan itu ada empat yaitu
a.       Hikmah/kebijaksanaan,
b.      Keberanian,
c.       Keperwiraan
d.       Keadilan.[6]
 Keempat-empatnya itu adalah tiang penegak bangsa-bangsa dan perseorangan. Di dalam beberapa bangsa kita mengathui bhawa kebijaksanaan itu utama bagi para hakim, keberanian itu utama bagi para tentara, perwira itu utama bagi rakyat dan adil itu utama bagi semua. Pokok-pokok keutamaan itu membatasu bagi tiap-tiap manusia akan perbuatannya, dan mengharap agar ia melakukannya dengan sebaik-baiknya. Selain itu Plato juga mengatakan bahwa akhlak termasuk kategori keindahan.
3)      Aristoteles ( 394 – 322 SM), dia murid Plato yang membangun suatu
paham yang khas, yang mana pengikutnya diberi nama dengan “Peripatetics” karena mereka memberikan pelajaran sambil berjalan, atau karena ia mengajar di tempat berjalan yang teduh. Dia menyelidiki dalam akhlak dan mengarangnya. Dan ia berpendapat bahwa tujuan terakhir yang dikehendaki manusia mengenai segala perbuatannya ialah “bahagia”. Akan tetapi pengertiannya tentang bahagia lebih luas dan lebih tinggi dari pengikut paham utilitarianism dalam zaman baru ini. Dan menurut pendapatnya jalan mencapai kebahagiaan ialah mempergunakan kekuatan akal pikiran sebaik-baiknya.
      Selain itu  Aristoteles ialah pencipta teori serba tengah tiap-tiap keutamaan adalah tengah-tengah diantara kedua keburukan, seperti dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut.
       Setelah Aristoteles dating “Stoics” dan “Epicuric”. Mereka berbeda penyelidikannya dalam akhlak “Stoics” berpendirian sebagai paham “Cynics”, dan paham “Stoics” ini diikuti oleh banyak ahli filsafat di Yunani dan Romawi. Dan pengikutnya yang termasyhur pada permulaan kerajaan Rome ialah Seneca (6 SM-65 M), dll. Adapun “Epicuric”, maka mereka mendasarkan pelajarannya menurut pelajaran Cyrenics. Pendiri paham mereka ialah “Epicuric”.di antara pengikutnya dalam zaman baru ini ialah “Gassendi” seorang filsafat Perancis (1592-1656).[7]

2.      Akhlak pada Agama Nasrani.
Pada akhir abad yang ketiga Masehi tersiarlah kabar Agama Nasrani di Eropa. Agama itu dapat merubah pikiran manusia dan membawa pokok-pokok akhlak yang tercantum di dalam Taurat. Demikan juga memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi segala patokan yang harus kita pelihara Dalam bentuk perhubungan kita, dan yang menjelaskan arti baik dan buruk, baik menurut arti yang sebenarnya ialah kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.[8]
3.      Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan).
Kehidupan masyarakat Eropa di abad pertengahan dikuasai oleh gereja. Pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima dari wahyu. Apa yang  telah diperintahkan oleh wahyu tentu benar adanya. Oleh kerana itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal dan pikiran untuk kegiatan penelitian. Mempergunakan filsafat boleh saja asalkan tidak bertentangan dengan doktrin uang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan dan menguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak diperkenankan.
Namun demikian sebagai dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan mencocokkannya dengan akal. Filsafat yang menentang Agama Nashrani dibuang jauh-jauh.[9]
Dengan demikian ajaran  akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahan itu adalah ajaran akhlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nashrani. Diantara merka yang termasyhur ialah Abelard, sorang ahli filsafat Perancis (1079-1142) dan Thomas Aquinas, seorang ahli filsafat Agama berkebangsaan Italia (1226-1274).
Corak ajaran akhlak yang sifatnya perpaduan antara pemikiran filsafat Yunani dan ajaran agama itu, nantinya akan dapat pula dijumpai dalam ajaran akhlak yang terdapat dalam Islam sebagaimana terlihat pada pemikiran aklhlak yang dikemukakan kaum Muktazilah.[10]
4.      Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam.
Bangsa Arab pada Zaman Jahiliyah tidak ada yang menonjol dalam segi filsafat sebagaimana Bangsa Yunani (Socrates, Plato dan Aristoteles), Tiongkok dan lain-lainnya. Disebabkan karena penyelidikan akhlak terjadi hanya pada Bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab waktu itu ada yang mempunyai ahli-ahli hikwah yang menghidangkan syair-syair yang mengandung nilai-nilai akhlak.
Adapun sebagian syair dari kalangan Bangsa Arab diantaranya: Zuhair ibn Abi Salam yang mengatakan: ”barang siapa menepati janji, tidak akan tercela; barang siapa yang membawa hatinya menunjukkan kebaikan yang menentramkan, tidak akan ragu-ragu”. Contoh lainnya, perkataan Amir ibnu Dharb Al-Adwany ”pikiran itu tidur dan nafsu bergejolak. Barang siapa yang mengumpulkan suatu antara hak dan batil tidak akan mungkin terjadi dan yang batil itu lebih utama buatnya. Sesungguhnya penyelesaian akibat kebodohan”.[11]
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan oleh filosof-filosof Yunani kuno. Dalam syariat-syariat mereka tersebut saja sudah ada muatan-muatan akhlak.
Memang sebelum Islam, dikalangan bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat yang mempunyai aliran-aliran tertentu seperti yang kita ketahui pada bangsa Yunani, seperti Epicurus, Plato, zinon, dan Aristoteles, karena penyelidikan secara ilmiah tidak ada, kecuali sesudah membesarnya perhatian orang terhadap ilmu kenegaraan.[12]
5.      Akhlak pada Agama Islam.
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah SWT.
Selain itu,agama Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan. Semua ini terkandung dalam ajaran kitab suci al-Qur’an yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari Nabi Muhammad Saw.
Firman Allah yang mengungkap tentang “Akhlak” yaitu Surat An-Nahl ayat 90:
¨bÎ) ©!$# ããBù'tƒ ÉAôyèø9$$Î/ Ç`»|¡ômM}$#ur Ç!$tGƒÎ)ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# 4sS÷Ztƒur Ç`tã Ïä!$t±ósxÿø9$# ̍x6YßJø9$#ur ÄÓøöt7ø9$#ur 4 öNä3ÝàÏètƒ öNà6¯=yès9 šcr㍩.xs? ÇÒÉÈ
Artinya:Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.[13]
Di dalam ayat di atas Allah SWT memerintahkan kita untuk selalu berbuat adil dan berbuat kebajikan kepada kaum kerabat, bahkan jika kita cermati secara bersama-sama ayat diatas mengajarkan kita tentang bagaimana cara kita untuk berakhlak kepada kerabat kita bahkan kepada seluruh Makhluk Allah SWT. Baik itu kepada hewan, tumbuhan bahkan kepada alam ini karena kita diciptakan oleh Allah kedunia ini hanya semabagai khalifah tentunya tugas seorang khalifah adalah menjaga kelestarian alam ini. Sungguh tugas ini amat mulia karena walaupun tubuh manusia ini kecil dan lemah mampu memegang amanat yang sangat berat ini.
Jika kita berbicara tentang amanat sudah pasti berbicara tentang sebuah tanggung jawab dan ini tidak mudah karena orang-orang bersifat amanatlah yang mampu melakukannya. Adapun dikatakan dengan orang yang bersifat amanat ini adalah orang yang selalu berfikir bahwa Allah SWT selalu mengawasi dan menghukumnya dengan azab yang berat jika ia berkhianat, sikap khianat adalah salah satu dari akhlaq tercela yang pastinya Allah Tuhan kita tidak menyukai perbuatan yang keji lagi tercela.














BAB III
KESIMPULAN
1.      Akhlak Pada Zaman Yunani .
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak. Karena ia yang pertama berusaha dengan sungguh-sungguh membentuk perhubungan manusia dengan ilmu pengetahuan. Lalu datang Plato (427-347 SM). Ia seorang ahli Filsafat Athena, yang merupakan murid dari Socrates. Buah pemikirannya dalam Etika berdasarkan ‘teori contoh’. Dia berpendapat alam lain adalah alam rohani. Kemudian disusul Aristoteles (394-322 SM), dia adalah muridnya plato. Pengikutnya disebut Peripatetis karena ia memberi pelajaran sambil berjalan atau di tempat berjalan yang teduh
2.      Akhlak pada Bangsa Romawi (Abad pertengahan)
Pada abad pertengahan, Etika bisa dikatakan ‘dianiaya’ oleh Gereja. Pada saat itu, Gereja memerangi Filsafat Yunani dan Romawi, dan menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja berkeyakinan bahwa kenyataan hakikat telah diterima dari wahyu. Dan apa yang terkandung dan diajarkan oleh wahyu adalah benar.
3.      Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa Arab pada zaman jahiliah tidak mempunyai ahli-ahli Filsafat yang mengajak kepada aliran atau faham tertentu sebagaimana Yunani, seperti Epicurus, Zeno, Plato, dan Aristoteles. Hal itu terjadi karena penyelidikan ilmu tidak terjadi kecuali di Negara yang sudah maju. Waktu itu bangsa Arab hanya memiliki ahli-ahli hikmat dan sebagian ahli syair. Yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendorong menuju keutamaan, dan menjauhkan diri dari kerendahan yang terkenal pada zaman mereka.


4.      Akhlak pada Agama Islam.
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan Akal manusia. Agama Islam pada Intinya mengajak manusia agar percaya kepada Allah SWT.


















DAFTAR PUSTAKA

Depag RI. Al-Qur’an dan Terjemahan, 1971.
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak). Penerjemah, Farid Ma’ruf. Jakarta : Bulan Bintang,Cet. Ke-7, 1993
Anwar, Rosihin, Dr. M.Ag . Akhlak Tasauf. Bandung : CV Pustaka setia. 2007.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf.  Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Ardani, Moh. Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/ budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT Karya Mulia,2005.
AR, Zahruddin dkk. Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT.Raja Grafindo   Persada, 2004.
Ilyas, Yunahar. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006.
(http.sejarah perkembangan akhlaq.html). diaskses pada tanggal 27 Maret 2012.
Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
Musa,Yusuf Falsafah akhlaq fil Islam, Kairo, 1963
Rapar, J.H. Filsafat politik Plato, Jakarta : Rajawali, Cet. Ke-2, 1991
Ramadhan,Syahrul, Kamus Ilmiah Populer , Surabaya: Khazanah Media Ilmu,2010




[1] Ramadhan,Syahrul, Kamus Ilmiah Populer , Surabaya: Khazanah Media Ilmu,2010,14
[2] unahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2006, 1.
[3] Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf (Nilai-nilai akhlak/budipekerti dalam ibadat dan tasawuf), Jakarta: PT Karya Mulia, 2005, 34-35.
[4] http.//sejarah-perkembangan-akhlak-pada-zaman.html
[5] Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, 41-42.
[6] Drs. Akmaluddin, adalah Widyaiswara Muda pada Balai Diklat Keagamaan Denpasar
[7] Rapar, J.H. Filsafat politik Plato, Jakarta : Rajawali, Cet. Ke-2, 1991. 55.
[8] Mustofa, 45.
[9] Muthahhari, Murtadha Falsafat akhlak : Kritik atas konsep moralitas Barat. Bandung : Pustaka Hidayah, 1995. 35
[10] Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, 65-66.
[11] Musa,Yusuf Falsafah akhlaq fil Islam, Kairo, 1963. 45
[12] Zahruddin AR,dkk,Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta:PT.RajaGrafindo Persada,2004) hal: 25-27.
[13] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, 1971,  415.

1 komentar:

  1. Oakley's Titanium sunglasses with gold band earl - iTanium-Art
    Shop Oakley's Titanium sunglasses with gold band price of titanium earl earl I wear these are quality titanium fat bike headphones in titanium metal trim a way titanium tubing that titanium nitride gun coating suits all men.

    BalasHapus